Kamis, 15 Januari 2009

SISWA - GURU - KURIKULUM

Dalam kegelapan proses pembelajaran di kelas, mataku menangkap secercah cahaya. ia seakan menyapaku namun tak bicara apapun. Diam membisu. Aku pun demikian. Lama kutatap sinarnya tapi aku tak dapat menemukan makna dibalik kedatangannya. Namun, sesaat kemudian Tak pelak hati ini ingin menyapanya. Kuambil posisi, duduk dan bersandar pada filsafat pembelajarannya Tompkins, Molenda, Stephen Kemmis, MC. Taggart, dan sederet filsafat pembelajaran lainnya, Sambil mempersilakannya duduk. Tak menunggu waktu lama, bagai pucuk dicinta ulam pun tiba, ia seakan mengerti bahwa aku hendak berbicara dengannya. Kami pun berbicara dalam bingkaian kurikulum, dikelilingi harapan dan cita-cita nan tulusnya siswa-siswi. . . .

"apa kabar kawanku?" sapanya duluan. aku tak mengerti, mengapa aku dpanggilnya kawan. tanpa berpikir panjang, kusapa ia seakan seorang kawan juga meskipun belum pernah melihatnya. Ia bertanya lagi padaku, "sudahkan engkau menyadari betul profesimu saat ini?"
.......belum..........aku diam lagi.

"Tidakkah engkau mengamati respon siswa-siswimu saat pembelajaran ini". Bagai seorang awam, dan memang aku seorang awam terhadap hakikat pembelajaran, aku semakin tak mengerti dengan maksud pertanyaannya. Secepat tiupan angin badai katrina, aku langsung meminta penjelasannya. Katanya . . . (bersambung)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar